Selasa, 20 April 2010

Pajak Yang Nyaris Melinggis Rumahku

SPT….SPT…., begitulah kesibukan orang setiap akhir bulan Maret karena disibukkan untuk membuat SPT tahunan. Juga tahun 2010 ini.

Sebagai warganegara yang telah mempunyai NPWP pribadi banyak orang membuat SPT tahunan pribadi yang menjadi kewajiban mereka. Namun tiba-tiba saja sebuah berita mengejutkan terdengar. Berita yang membuat batang leher pembayar pajak sekonyong tercekat, nafasnya tersenggal-senggal, dan darahnya mendidih karena amarah.

Ada MAFIA PAJAK di negeri ini. Mafia penghisap darah rakyat yang amat rakus. Bagaimana tidak rakus jika operator lapangannya saja yang konon bernama Gayus Tambunan dan berpangkat 3a mampu mengatur intitusi penegak hukum (polisi, jaksa, hakim) dan mengelola dana sebesar 25 Milyar rupiah. Bayangkan berapa dana yang dihisap oleh pejabat diatasnya! Angka di rekening Gayus itu saja jauh melampaui harta kekayaan presiden Susilo Bambang Yudoyono per 23 November 2009 yang dilaporkan dalam keterangan pers di kantor presiden 5 maret 2010 sebesar Rp 7.616.270.204 dan 269.730 dolar AS.

Kekesalan rakyat pada MAFIA PAJAK memicu berbagai reaksi para pembayar pajak. Lihat saja “Gerakan 1.000.000 Facebooker Dukung Boikot Bayar Pajak untuk Keadilan” yang muncul di situs jejaring social Facebook. Kekesalan rakyat semakin meluas saat mereka menyadari bahwa pajak mereka seringkali digunakan untuk melumpuhkan (secara fisik) para pembayar pajak. Ngak Percaya? Lihat saja kasus “Makam Mbah Priok”. Dengan mata telanjang pemirsa televisi disajikan pemandangan yang ironis. Bagaimana mungkin aparat yang digaji dari pajak rakyat, menggunakan peralatan yang dibeli dari pajak rakyat menghajar tanpa kenal ampun para pembayar pajak. Kasus Priok hanya satu contoh. Dalam kasus pengosongan rumah Negara yang dihuni di Jalan Ampera Raya Jakarta Kamis, 8 April 2010, para pensiunan juga menemukan bukti penggunaan preman bayaran dan alat-alat kekerasan seperti palu dan linggis oleh aparat negara yang menerima tugas pengosongan. Ironis bukan. Sudah dipakai untuk membayar gaji aparat, pajakpun ternyata digunakan untuk membeli linggis yang akan digunakan membongkar rumah pembayar pajak.

Author: Yani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar