Selasa, 13 April 2010

IIP bukan IPDN

IIP Kampus Cilandak, Jakarta, awalnya berlokasi di Malang yang berdiri atas dasar Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 119 tanggal 7 Agustus 1967 berlaku surut tanggal 25 April 1967. Keppres itu mengesahkan peralihan status Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Malang menjadi IIP Malang. Pada tanggal 25 Mei 1967, Menteri Dalam Negeri, Amir Mahmud, membuka secara resmi berdirinya IIP Malang sebagai lembaga kedinasan dilingkungan Kementerian Dalam Negeri.

Didasarkan atas pemikiran untuk menciptakan wawasan nasional dan mendekatkan IIP Malang dengan pusat informasi Pemerintah Pusat, maka diterbitkanlah Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 94 Tahun 1972 tentang Pemindahan Tempat Kedudukan IIP Malang ke Jakarta. Pada tahun 1972 IIP Jakarta diresmikan oleh Presiden Soeharto, namun baru pada tahun 1974 kegiatan pendidikan berlangsung secara penuh. Sebagai landasan yuridis formal dalam pelaksanaan pendidikannya, diterbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 1973 tanggal 5 Maret 1973 tentang Statuta IIP Jakarta.



Perpindahan IIP Malang ke Jakarta adalah jebol/bedol deso, yaitu seluruh pegawai, baik pegawai baru/lama, semua dipindahkan ke Jakarta. Keadaan pegawai saat itu serba sulit, apabila saat itu para pegawai diperbolehkan memilih, maka banyak pegawai yang tidak mau pindah ke Jakarta karena pertimbangan keluarga yang ditinggal dan kondisi perekonomian di Jakarta yang lebih tinggi daripada di Malang. Akan tetapi, karena ada jaminan bahwa mereka bisa tinggal sampai janda/dudanya meninggal dan akan memiliki rumah dari pimpinan (IIP/Depdagri), seluruh pegawai bersedia pindah ke Jakarta walaupun berharap-harap cemas karena apa yang dikatakan oleh pimpinan (IIP/Depdagri) hanya diucapkan secara lisan tidak dituangkan dalam Surat Keputusan.

Sejak berdirinya IIP tahun 1967 s/d akhir tahun 2004 organisasi dan Tata Kerja Institut Ilmu Pemerintahan masih non struktural, sehingga karier pegawai sangat sulit untuk berkembang, kenaikan pangkat pegawai seluruhnya berjalan secara reguler biarpun yang bersangkutan sudah menduduki jabatan-jabatan tertentu misalnya, sebagai Kepala Bagian (yang katanya dipersamakan dengan eselon III) dan Kepala Sub Bagian (yang katanya dipersamakan dengan eselon IV). Intinya pegawai IIP pada saat itu hanya dituntut kewajibannya, sedangkan hak-hak pegawai selain gaji yaitu kenaikan pangkat tidak dapat dipenuhi.

Pasca kekerasan yang terjadi di Kampus STPDN Jatinangor, Depdagri melakukan pemindahan Muda Praja STPDN ke Kampus IIP Cilandak, dan bahkan mahasiswa IIP yang mempunyai kampus malah harus dipindahkan ke Badan Diklat Depdagri Kalibata demi menyelamatkan mahasiswa STPDN agar tidak terjadi kontak fisik.

Setelah terjadi kasus kekerasan pada praja Wahyu Hidayat yang menyebabkannya meninggal dunia, pemerintah melalui Departemen Dalam Negeri akhirnya memutuskan melebur Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) dan IIP dalam wadah baru bernama Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) pada tahun 2005.

Pada 10 Oktober 2007, IPDN kembali diubah menjadi Institut Ilmu Pemerintahan (IIP), namun IIP yang baru ini tidak akan hanya mempunyai kampus di Jatinangor, melainkan juga di beberapa daerah lain seperti Bukittinggi (Sumatera Barat), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Mataram (Nusa Tenggara Barat). IIP juga akan berbeda dari IPDN dari segi sistem pendidikannya, meskipun pada saat keputusan perubahan ini diambil sistem pendidikan yang baru tersebut belum diatur secara rinci.

Author: Esthi

4 komentar:

nothing absolute mengatakan...

Kalau tidak salah peleburan IIP dan STPDN dimaksudkan agar ruh IIP yang egaliter, demokratis dan dialogis mewarnai institusi pendidikan yang bernama IPDN. Namun yang terjadi adalah justru mewarnai IPDN adalah ruh STPDN dimana kepemimpinan memusat hanya pada rektor dan kelompoknya, senat guru besarnya dikebiri, dan gaya kepemimpinan yang cenderung otoriter dan tidak (mampu) dialogis.

akirajinko mengatakan...

positif thinkingnya mungkin itu, tp pada kenyataannya stpdn sepertinya ingin membungkus rapih iip menjadi kenangan.

Rindo mengatakan...

Kita jangan melihat yg jelek jelek saja. Tapi yg positif juga banyak telah di buat oleh institusi ini

Rindo mengatakan...

Kita jangan melihat yg jelek jelek saja. Tapi yg positif juga banyak telah di buat oleh institusi ini

Posting Komentar